[kl-bogel] Geram Punya Pasal
Geram Punya Pasal
Anak saudaraku yang baru menikah tinggal bersamaku kerana mereka belum memiliki rumah sendiri. Tidak menjadi masalah bagiku kerana aku tinggal seorang setelah lama bercerai, dan aku tidak memiliki anak dari perkahwinan yang gagal itu.
Sebagai pengantin baru, tentunya anak saudaraku dan bininya, Syalia, lebih sering menghabiskan waktunya di bilik Pernah satu malam, aku mendengar erangan Syalia dari bilik mereka. Aku mendekat ke pintu, terdengar Syalia mengerang2,
"Lagi bang , sedap bang, terus ......, la dah keluar bang, Syalia belum lagi ni". Sepertinya Syalia tidak terpuaskan dalam 'pertempuran" itu kerana suaminya keok cepat. Beberapa kali aku mendengar lenguhan dan diakhiri dengan keluhan senada. Kasihan juga Syalia.
Suatu hari, sepulang dari pejabat, aku lupa membawa kunci rumah. Aku mengetok pintu cukup lama sampai Syalia yang membukakan pintu. Aku sudah lama terpesona dengan kecantikan dan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya separas bahu. Wajahnya cantik dengan bentuk
mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Syalia hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan tuala mandi sepanjang hanya 15cm di atas lutut. Paha dan betis yang tidak ditutupi seluar pendek itu nampak mulus sangat. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi rambut-rambut halus yang pendek. Punggungnya besar melebar. Pinggangnya ramping. Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum sempat diikat secara sempurna, menyebabkan belahan tetek yang montok itu menyembul di belahan baju, Putingnya membayang di kimononya.
Rupanya Syalia belum sempat mengenakan bra. Lehernya jinjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya. Agaknya Syalia sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, zakarku berdiri melihat tubuhnya. Dari tepi kulihat teteknya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Syalia sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh tersebut digomol dari arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Ingin rasanya kudakap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan zakarku di gundukan punggungnya. Dan ingin rasanya kuramas-ramas tetek montoknya habis-habisan.
"Sori Sya, Pak Long lupa bawa kunci. Kau tadi tengah mandi ya", kataku.
"Dah selesai, Pak Long", jawabnya.
Aku duduk di meja makan. Syalia mengambil teh buatku dan kemudian masuk ke biliknya. Tak lama kemudian Syalia keluar hanya mengenakan seluar blaus tipis berbahan licin, mempertontonkan tonjolan tetek yang membusung. Syalia tidak mengenakan bra, sehingga kedua putingnya tampak jelas sekali. Syalia beranjak dari duduknya dan mengambil piring berisi kueh dari lemari makan. Aku menatap tubuhnya yang sangat merangsang.
Kita berbual kosong. Kesempatan bagiku untuk menatapnya dari dekat tanpa rasa segan. Syalia tidak menyedari bahawa belahan blaus di dadanya mempertontonkan tetek yang montok walaupun hanya sedikit membongkok. Zakarku pun menegang.
Akhirnya perbualan sampai ke soal sex. "Sya, awak tak puas ya, bersama suami ", kataku straight to the point.
Syalia tertunduk malu, mukanya semu kemerahan. "Pak Long tau ?", jawabnya lirih.
"Pak Long pernah dengar kau melenguh awalnya, tapi akhirnya mengeluh. Suami kau cepat pancut ya?", tanyaku lagi.
"Iya Pak Long, abang cepat keluarnya. Syalia baru mulai rasa sedap, dia dah keluar. Bengang jadinya, macam Syalia cuma jadi pemuas nafsunya aja".
Aku hanya mendengarkan keluhannya.
"Pak Long, mandi dulu, kejap lagi kita makan. Syalia siapkan makanan ya", katanya mengakhiri perbualan sensitif.
"Ingat tadi Syalia nak tolong mandikan", godaku.
"Pak Long nakal", jawabnya tersipu.
"Kalau Syalia mau, Pak Long tak keberatan ", jawabku lagi.
Syalia tidak menjawab hanya berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu aku masuk bilikku dan mandi. Zakarku tegang tak keruan kerana perbualan tadi. Selesai mandi, aku hanya memakai seluar pendek dan T-shirt, Sengaja aku tak memakai seluar dalam. Rasanya malam ini aku menginginkan tubuh Syalia. Apalagi suaminya sedang bertugas outstation untuk beberapa hari. Zakarku masih tegang sehingga kelihatan jelas tercetak di seluar pendekku.
Syalia diam saja melihat zakarku dari luar seluar pendekku. Ketika makan malam, kita berbual soal yang lain, Syalia berusaha tidak mengarahkan perbualan ke arah yang tadi. Bila Syalia tertawa, rasanya ingin kulumat habis-habisan bibirnya. Ingin rasanya kusedot-sedot tetek nya dan ingin rasanya kuramas-ramas punggung kenyal Syalia itu sampai dia menggigil-gigil keenakan.
Selesai makan, Syalia mengemaskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, Syalia tergelincir sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah ketika Syalia membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan Syalia terkena rak kayu.
"Aduh", Syalia mengerang kesakitan.
Aku segera menolongnya. Punggung dan badannyanya kucapai. Aku dokong Syalia ke biliknya. Kuletakkan Syalia di katil. Tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Belahan blaus terbuka lebih lebar sehingga aku dapat melihat kemontokan teteknya dengan leluasa. Nafsuku pun naik.
Zakarku semakin tegang. Ketika aku menarik tangan dari punggungnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang terdedah. Syalia berusaha meraih betisnya yang terlanggar rak tadi. Kulihat ada bengkak di betis nya. Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya kuraba
dan kuurut bahagian betis yang bengkak.
"Pelan-pelan Pak Long, sakit", erangnya lagi.
Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memicit betis Syalia, kupandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur. Syalia sudah tertidur. Mungkin kerana penat seharian membereskan rumah. Aku semakin melemahkan urutanku dan akhirnya kuhentikan sama sekali.
Kupandangi Syalia yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya wajahnya. Lehernya jinjang. Teteknya yang montok bergerak naik-turun dengan teratur mengiringi nafas tidurnya. Putingnya menyembul dari balik blausnya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya yang besar melebar. Skirt
tersebut tidak mampu menyembunyikan garis segitiga seluar dalam yang kecil. Terbayang dengan apa yang ada di balik seluar dalamya, Zakarku menjadi semakin tegang. Apalagi paha yang putih terbuka kerana skirt yang tersingkap. Kuelus betisnya. Kusingkapkan skirt sampai perut. Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Beberapa helai bulu keluar dari seluar dalam yang kecil. Sungguh kontras warnanya. Bulunya hitam, sedang tubuhnya berwarna putih.
Tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Syalia. Ku usap perlahan ibu jariku di belahan bibir nonoknya. kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meramasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut secara otomatik bergerak
membuka agak lebar. Kemudian aku melepaskan seluar pendekku. Kembali kucium dan kujilat paha dan betis nya. Ku letakan kepala zakarku yang sudah tegang di pahanya. Rasa hangat mengalir dari paha Syalia ke kepala zakarku. kugesek-gesekkan kepala zakar di sepanjang pahanya sambil agak
kutekan. Semakin terasa nikmat. Nafsuku semakin tinggi. Aku semakin nekad. Kulepaskan butang blaus Syalia, Syalia terbangun.
"Pak Long, buat apa ni ", katanya kehairanan.
Aku terkejut dan segera menghentikan aksiku. Aku memandang tubuh mulus Syalia, kini tanpa seluar pendek menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh membangkitkan berahi. tetek yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. putingnya berdiri tegak.
"Sya, Pak Long mau kongsi kenikmatan, mau tak", kataku perlahan sambil mencium tetek nya yang montok.
Syalia diam, matanya terpejam. Hidungku menghidu kedua tetek yang harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilat, puting tetek kanannya kulahap ke dalam mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika puting itu kumainkan perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasku.
"Pak Long...", rintihnya, rupanya tindakanku membangkitkan nafsunya juga.
Kerana sangat ingin merasakan kenikmatan seks, Syalia diam saja membiarkan aku menjelajahi tubuhnya. kusedot-sedot puting teteknya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak kuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku. Kini puting dan tetek sekitarnya yang
berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku. Kemudian kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajah Syalia tampak sedikit berubah, seolah-olah menahan suatu kenikmatan. Kedua tetek harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama.
Zakarku bertambah tegang. Sambil terus menggomol tetek dengan bibir dan lidah, aku terus menggesek-gesekkan zakar di kulit pahanya yang halus dan licin. Kubenamkan wajahku di antara kedua buah dada Syalia. perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di
lekukan tubuh yang merupakan batas antara tetek dan kulit perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati silih berganti. Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan elusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Syalia. Sementara gesekan-gesekan kepala zakarku kupindahkan ke
betisnya. Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusatnya yang putih mulus. wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke seluar dalam tipis yang membungkus pinggulnya. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan seluar dalam, ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian bulu yang keluar dari seluar dalamnya. Lalu kuhidu dan kujilat seluar dalam pink itu di bahagian belahan bibir nonoknya. Syalia makin termengah-mengah menahan nafsunya, sesekali terdengar keluhannya menahan kenikmatan.
Aku bangkit dan berlutut di atas badannya. zakarku yang tegang kuletakkan di kulit tetek Syalia. Kepala zakar kugesek-gesekkan di tetek yang montok itu. Sambil kukocok batangku dengan tangan kananku, kepala zakar terus kugesekkan di teteknya, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua minit aku melakukan hal itu. Kuraih kedua tetek Syalia yang montok itu. Batang zakarku kusepit dengan kedua teteknya. Kini rasa hangat tetek Syalia terasa mengalir ke seluruh batang zakarku. Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur zakarku. Kekenyalan daging tetek tersebut serasa memicit -micit batang zakarku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala zakarku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jinjang. Di kala mundur, kepala zakarku tersembunyi di jepitan teteknya. Lama-lama gerak maju-mundur zakarku bertambah cepat, dan kedua tetek nya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar nikmat di batang zakarku semakin kuat. Aku menikmati enaknya disepit tetek.
Syalia pun mendesah-desah tertahan, "Ah... hhh... hhh... ah..."
Zakarku pun mulai melelehkan sedikit cairan, membasahi belahan tetek Syalia. Gerakan zakarku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan ramasan tanganku di kedua teteknya, cairan itu menjadi tersebar rata di sepanjang belahan dadanya. Cairan tersebut menjadi pelincir yang melancarkan maju-mundurnya zakarku di celah teteknya. Dengan itu aku merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala zakarku dengan teteknya.
"Hih... hhh... ... Luar biasa enaknya...," aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi.
Nafas Syalia menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya , yang kadang diselangi desahan menerusi hidungnya, "Ngh... ngh... hhh... heh... eh... ngh..."
Desahan-desahan Syalia membuat nafsuku makin memuncak. Gesekan maju-mundurnya zakarku di teteknya semakin cepat. zakarku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang zakarku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa.
"Sedapnya Sya", erangku..
Aku maju-mundur
Kutarik seluar dalam Syalia. Pinggul yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang tadi tertutup seluar dalam tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, bulu yang hitam lebat menutupi daerah sekitar lubang nonoknya. Kedua paha mulus Syalia kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan nonoknya. Aku pun mengambil posisi agar zakarku dapat menyentuh nonok Syalia. Dengan tangan kanan memegang batang zakar, kepalanya kugesek-gesekkan ke bulu Syalia. Rasa geli menggelitik kepala zakarku. kepala zakarku bergerak menyusuri alur menuju ke nonoknya.
Kugesek-gesekkan kepala zakar ke sekeliling bibir nonoknya. Terasa geli dan nikmat. kepala zakar kugesekkan agak ke arah lubang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama lubang nonok itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan zakarku sambil terus memasuki lubang nonok. Kini seluruh
kepala zakarku tebenam dalam mulut nonok Syalia. Mulut nonok itu terasa hangat. Kini dari mulut Syalia keluar desis-desis kecil tanda nikmat. Zakarku semakin keras. Sementara mulut nonok Syalia terasa semakin basah.
Perlahan-lahan zakarku kutusukkan semakin ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Secara perlahan kutusukkan zakarku ke dalam. Terbenam sudah seluruh batang zakarku di dalam nonok Syalia. Sekujur batang zakar sekarang disepit oleh nonok Syalia dengan sangat
enaknya. secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk zakarku ke dalam nonoknya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam nonok hanya kepala zakar saja. Sewaktu masuk seluruh zakar terbenam di dalam nonok sampai pangkalnya.
Rasa hangat dan enak yang luar biasa kini seolah memicit di seluruh bahagian zakarku. Aku terus mengepam zakarku ke lubang nonoknya. Alis matanya terangkat naik setiap kali zakarku menusuk masuk nonoknya secara perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan,
"Sssh...sssh... hhh... hhh... ssh... sssh..."
Aku terus memainkan nonoknya perlahan-lahan. Beberapa minit hal itu berlangsung. Kurasakan enaknya urutan otot-otot nonok pada zakarku. Kubiarkan di dalam selama dua minit. Kembali kutarik zakarku. Namun kini tidak seluruhnya, kepala zakar masih kubiarkan tertanam dalam mulut nonoknya. Rasa enak itu agaknya dirasakan pula oleh Syalia. Syalia mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala zakarku pada mulut nonoknya,
"Sssh... sssh... zzz...ah... ah... hhh..."
Tiga minit kemudian kumasukkan lagi seluruh zakarku ke dalam nonok Syalia. Dan kugoyang perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada nonoknya kali ini lebih lama. Sampai kira-kira empat minit. Lama-lama aku tidak puas. Kupercepat gerakan keluar-masuk zakarku pada nonoknya. Kurasakan
enak sekali menjalar di sekujur zakarku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi keenakanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis,
"Sya... nonokmu hebat... nikmatnya..."
Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat minit. rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di zakarku. Bererti beberapa saat lagi aku akan pancut. Kucabut zakarku dari nonok Syalia. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya agar zakarku mudah mencapai
teteknya. Kembali kuraih kedua belah tetek montok itu untuk menyepit zakarku yang berdiri dengan amat gagahnya. Aku membongkokkan badanku. zakarku kudorong maju-mundur di antara teteknya. Cairan nonok Syalia yang membasahi zakarku kini merupakan pelincir pada gesekan-gesekan
zakarku dan kulit teteknya.
"Oh... hangatnya... Sssh... nikmatnya...", aku merintih-rintih keenakan.
Syalia juga mendesis-desis keenakan, "Sssh.. sssh... sssh..."
Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah. Aku mempercepat maju-mundurnya zakarku. Aku memperkuat tekananku pada teteknya agar zakarku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar di zakarku. Rasa hangat menyusup di seluruh zakarku. Kerana basah oleh cairan nonok, kepala zakarku tampak amat berkilat di tetek Syalia.
Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru zakarku semakin menjadi-jadi. Semakin kupercepat dorongan zakarku pada tetek Syalia. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga minit sudah kocokan hebat zakarku di tetek montok itu berlangsung. Dan ketika rasa gatal dan enak di zakarku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan zakar di tetek indah Syalia dengan sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar biasa akhirnya
mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung pertahananku.
"Syalia...!" pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak. Tamatlah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel zakarku saat menyemburkan air mani.
Crot! Crot! Crot! Crot! Air maniku menyembur dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali, sampai mengenai rahang Syalia. Air putih dan kelihatan sangat pekat. Dari rahang air mani mengalir turun ke arah leher Syalia. Air mani yang tersisa di dalam zakarku pun menyusul keluar
dalam tiga pancutan.
Cret! Cret! Cret! Kali ini pancutannya lemah. Pancutan awal hanya sampai pangkal lehernya, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan teteknya. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan.
" Sya, nikmat sekali tubuhmu...," aku bergumam.
"
"Tak apa ker kalau Pak Long pancut di dalam Sya", jawabku.
"Tak apa Pak Long, Syalia nak rasa pancutan dalam. Tadi Syalia rasa sedap sangat Pak Long, Belum pernah Syalia rasa nikmat seperti ini", katanya lagi.
"Ini baru round pertama Sya, kalau nak lagi
"Nak Pak Long, tapi pancut dalam ok", jawabnya.
"tTdi kamu diam aja Sya", kataku lagi.
"Saya bingung Pak Long, tapi nikmat", jawabnya sambil tersenyum. "Engh..." Syalia menggeliatkan badannya.
Aku segera mengelap zakar dengan tisu yang ada di atas meja dan memakai seluar pendek. Beberapa lembar tisu kuambil untuk mengelap air maniku yang berlelehan di rahang, leher, dan tetek Syalia.
"Nak kemana Pak Long", tanyanya.
"Nak minum dulu", jawabku.
"Kenape pakai seluar tu? Kata nak second round?" katanya.
Rupanya Syalia mahu aku menghenjutnya sekali lagi. Aku kembali membawa gelas berisi air putih, kuberikan kepada Syalia yang langsung meneguknya habis. Aku keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke ke bilik. Serasa tidak puas aku memandang tetek indah yang terhampar
di depan mataku juga pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar. Tatapanku jatuh ke nonoknya yang dikelilingi oleh bulu hitam yang lebat. Betapa enaknya menyetubuhi Syalia. Aku ingin mengulangi permainan tadi, menggomol dan mendakap kuat tubuhnya. Mengasak nonoknya dengan zakarku dalam irama yang menghentak-hentak kuat. Dan aku dapat menyemburkan air maniku di dalam nonoknya sambil merangkul kuat-kuat tubuhnya saat aku klimax. Nafsuku terbakar.
"Syalia...," pujukanku penuh nafsu. Bibirku pun menemui bibirnya. Bibir itu kulumat-lumat dengan rakusnya.
Sementara Syalia pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak mau ketinggalan oleh bibirku. Kedua tanganku pun menyusup di antara lengan tangannya. Tubuhnya sekarang berada dalam dakapanku. Aku mempererat dakapanku, sementara Syalia pun
mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, teteknya yang membusung terasa semakin menekan dadaku. Jari-jari tangan Syalia mulai meramas-ramas kulit belakangku.
Syalia melurutkan seluarku. kemudian merangkul badanku lagi. Aku kembali mendakap erat tubuh Syalia sambil melumat kembali bibirnya. Aku terus mendakap tubuhnya sambil saling bibir berciuman. Sementara tangan kami saling meramas-ramas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bahagian depan kami yang saling melekat. Kini kurasakan teteknya yang montok menekan ke dadaku. Dan ketika sedikit bergeseran, putingnya seolah-olah menggelitik dadaku. zakarku terasa hangat dan mengeras. Tangan kiriku pun turun ke arah pinggang ramping dan pinggul besar Syalia, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. Zakarku tegang di antara perut bawahku dan perut bawah Syalia. Sementara itu bibirku bergerak ke arah lehernya. kucium, kusedut dengan hidungku, dan kujilat.
"Ah... geli... geli...," desah Syalia sambil mendongakkan kepala, kini seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya. Syalia pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahku dalam keadaan menyerang lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yang montok, dan meramas-ramas tetek tersebut dengan perasaan gemas.
Setelah puas di lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak menunduk. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, bergerak memegang tetek. Kugeluti belahan tetek Syalia, sementara kedua tanganku meramas-ramas kedua belah teteknya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan tetek itu. bibirku bergerak ke atas bukit tetek sebelah kiri. Kuciumi bukit tetek nya, dan kumasukkan puting ke dalam mulutku. Kini aku menyedot- putting tetek kiri Syalia. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit tetek di sekitar puting yang berwarna coklat.
"Ah... ah... Pak Long... geli...," Syalia mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan.
Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meramas kuat tetek sebelah kanan. Kadang ramasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan mencubit dan menggentel putingnya.
"Pak Long... hhh... geli... geli... enak... enak... ngilu... ngilu..."
Aku semakin laju. tetek Syalia itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit tetek kadang kunyonyot sebesar-besarnya dengan tenaga sedutan sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kusepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuramas dengan daerah sebesar-besarnya dan ramasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupicit-picit dan kucuit-cuitr puting yang mencuat gagah di puncaknya.
"Ah...Pak Long... lagi... hzzz... ngilu... ngilu..." Syalia mendesis-desis keenakan. Matanya kadang terbeliak-beliak. Tubuhnya meliuk ke kanan-kiri dan semakin cepat frekuensinya. Akhirnya Syalia
tidak kuat melayani serangan-serangan awalku. Jari-jari tangan kanan Syalia yang mulus dan lembut menangkap zakarku yang sudah berdiri dengan gagahnya.
"Pak Long.. Batang besar ", ucapnya.
Sambil membiarkan mulut, wajah dan tanganku terus memainkan kedua belah teteknya, jari-jari lentik tangan kanannya meramas-ramas perlahan zakarku secara berirama. Ramasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang zakarku. kurangkul tubuhnya dengan kemas. Kukecup kembali
daerah antara telinga dan lehernya. Kadang daun telinga sebelah bawahnya kukulum dalam mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung lehernya yang jinjang. Kujilat pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendakap
dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meramas-ramas kedua belah teteknya. Ramasanku kadang sangat kuat, kadang melemah.
Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku memutar perlahan putting tetek kirinya, sementara tangan kiriku meramas kuat bukit tetek kanannya dan bibirku menyedot kulit mulus pangkal lehernya yang bebau harum, zakarku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke perutnya. Syalia pun menggeliat ke kiri-kanan.
“Ah... Pak Long... ngilu... lagi Pak Long... lagi... ah... geli... geli...lagi... hhh... sedap... sedap nya... sedap...," Syalia merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama seiring dengan permainan tanganku di teteknya. Akibatnya, pinggulnya meliuk ke kanan-kiri. Goyang pinggul itu membuat zakarku yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan perutnya merasa semakin keenakan.
"Syalia... sedap Syalia... sssh...sungguh... sedap sekali...," aku pun mendesis-desis kesedapan.
"Pak Long suka? Batang zakar Pak Long terasa besar dan keras sekali menekan perut Syalia. Wow... batang Pak Long terasa hangat di kulit perut Syalia. tangan Pak Long nakal tau ... ngilu,...," rintih Syalia. "Jangan mainkan putingnya aja... geli... ramas semuanya..." Syalia semakin menggelupur dalam dakapan eratku. Semakin liar desahannya, upanya dia sangat menikmat
"Pak Long.. ramas kuat-kuat... Tangan Pak Long nakal... Sssh... sssh... ngilu... ngilu...Ak... batang Pak Long ... besar... kuat..."
Syalia menarik wajahku mendekat ke wajahnya. bibirnya melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau kalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendakap tubuhnya dengan kuatnya. Kulit punggungnya yang melekat di telapak tanganku kuramas-ramas. Kemudian aku menindih tubuh Syalia. zakarku tersepit di antara pangkal pahanya dan perutku bahagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang zakarku yang tegang dan keras. Akhirnya aku tidak sabar lagi. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing zakarku untuk mencari liang nonoknya. Kuputar-putarkan dulu kepala zakarku di kelebatan bulu disekitar bibir nonok Syalia. Syalia meraih batang zakarku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu terbuka agak lebar.
"Pak Long, nak batang... " katanya sambil mengarahkan kepala zakarku ke lubang nonoknya. kepala zakarku menyentuh bibir nonoknya yang sudah basah. dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, zakar kutekankan masuk ke liang nonok. Kini seluruh kepala zakarku pun terbenam di dalam nonoknya. Aku menghentikan gerak masuk zakarku.
"Pak Long... teruskan masuk... Sssh... sedap... jangan berhenti sampai situ...," Syalia protes atas tindakanku.
Namun aku tidak peduli. Kubiarkan zakarku setakat kepalanya saja yang masuk ke lubang nonoknya, namun zakarku kugetarkan dengan amplitude kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jinjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Syalia menggeliat-geliat dengan tidak karuan.
"Sssh... sssh... sedap... sedap... geli... geli, Pak Long. Geli... masuk, Pak Long.."
Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara tenaga kutumpukan pada pinggulku.... satu... dua... tiga! Zakarku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam nonok Syalia dengan sangat cepat dan kuatnya.
Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang zakarku bagaikan disepit oleh bibir nonoknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!
"Auwww!" pekik Syalia.
Aku diam sesaat, membiarkan zakarku tertanam di dalam nonok Syalia tanpa bergerak sedikit pun.
"Sakit Pak Long... " kata Syalia sambil tangannya meramas punggungku dengan kerasnya.
Aku mulai menggerakkan zakarku keluar-masuk nonok Syalia. Aku tidak tahu, apakah zakarku yang berukuran panjang dan besar atau lubang nonok Syalia yang berukuran kecil. Yang aku tahu, seluruh bahagian zakarku di dalam nonoknya terasa diurut dinding lubang nonoknya dengan agak kuatnya.
" Sya, sakit lagi?" tanyaku.
"Sssh... sedap sekali... sedap sangat... batang Pak Long besar dan panjang... sampai penuh lubang Syalia..," jawabnya.
Aku terus mengepam nonok Syalia dengan perlahan-lahan. teteknya yang melekat di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan mengepam tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan mengusap dadaku. zakarku serasa diramas-ramas dengan berirama oleh otot-otot
nonoknya sejalan dengan sorong tarik. Terasa hangat dan sedap sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala zakarku menyentuh suatu daging hangat di dalam nonok Syalia. Sentuhan tersebut serasa menggelitik kepala zakar sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat dek penangan batu meriyan Syalia.
Aku mengambil kedua kakinya dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar zakarku tidak tercabut dari nonoknya, aku mengambil posisi agak bongkok. Betis kanan Syalia kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus menikam zakarku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi bertalu-talu. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya pula, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan zakarku maju-mundur perlahan di nonok Syalia.
Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah teteknya. Masih dengan tusukan perlahan di nonoknya, tanganku meramas-ramas tetek montok Syalia. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuramas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kucuit dan kugentel. secara perlahan. puting itu semakin mengeras, dan bukit tetek itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Syalia pun merintih-rintih kesedapan. Matanya layu dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke
bawah.
"Ah... Pak Long, geli... geli... ... Ngilu Pak Long, ngilu... Sssh... sssh... lagi Pak Long,.... Pak Long buat Syalia rasa sedap... Nanti jangan pancut di luar. Pancut di dalam... "
Aku mulai mempercepat gerakan zakarku di nonok Syalia.
"h-ah-ah... Pak Long.... cepat... Terus Pak Long, terus... "
Aku bagaikan diberi dorongan oleh rintihan-rintihan Syalia. Tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kelajuan zakarku di nonok Syalia. Terus dan terus. Seluruh bahagian zakarku serasa diramas-ramas dengan cepatnya oleh nonok Syalia. Mata Syalia menjadi pejam celik. Begitu juga diriku, Mataku pun pejam celik dan mulut mendesis-desis kerana kesedapan yang luar biasa.
"Sssh... sssh... Syalia... sedap sekali... sedap nonokmu... nonokmu sedap..."
"Ya Pak Long, Syalia pun sedap sangat... lagi... Pak Long, laju..." Aku meningkatkan lagi kelajuan zakarku.
"Pak Long... sssh... sssh......... Syalia dah dekat... sikit lagi... sama-sama ya Pak Long...," Syalia jadi membebel tak menentu.
Aku terus mengayuh. Aku belum merasa mau pancut. Namun aku harus membuatnya klimax dulu. Sementara zakarku merasakan nonok Syalia bagaikan berdenyut dengan hebatnya.
"Pak Long... Ah-ah-ah... Nak keluar Pak Long... nak keluar..ah-ah-ahah... sekarang ke-ke-ke..." Tiba-tiba kurasakan zakarku disepit oleh dinding nonok Syalia dengan sangat kuatnya. Di dalam nonok, zakarku merasa disiram oleh cairan nonok dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Syalia meramas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Syalia pun berteriak: "...keluarrr...!"
Mata Syalia terbeliak-beliak. Sekejap tubuh Syalia kurasakan mengejang.
Aku pun menghentikan gerakanku. zakarku yang sangat tegang kubiarkan tertanam dalam nonok Syalia. zakarku merasa hangat akibat cairan nonok Syalia. Kulihat mata Syalia memejam beberapa saat dalam menikmati puncaknya. Setelah sekitar satu minit berlangsung, ramasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun dibuka, memandang wajahku. Sementara kemutan dinding nonoknya pada zakarku beransur-ansur lemah, walaupun zakarku masih tegang dan keras. Kedua kaki Syalia lalu kuletakkan kembali di atas katil dengan posisi agak membuka. Aku menindih tubuh Syalia dengan mempertahankan agar zakarku yang tertanam tidak tercabut.
"Pak Long...fuh... rasanya seperti ke langit tujuh," kata Syalia dengan mimik wajah penuh kepuasan.
Zakarku masih keras di dalam nonoknya. masih besar dan keras. Aku kembali mendakap tubuh Syalia. zakarku mulai bergerak keluar-masuk lagi di nonok Syalia, namun cuma dengan perlahan. Dinding nonok Syalia secara beransur-ansur kurasa mulai meramas-ramas zakarku. hangat dan sedap.
sekarang gerakan zakarku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti kerana adanya cairan yang mani oleh nonok Syalia beberapa saat yang lalu.
"Ahhh... Pak Long... lagi... Sekarang giliran Pak Long.. pancutkan air mani Pak Long di nonok Sya.. Sssh...," Syalia mulai mendesis-desis lagi.
Bibirku mulai memagut bibir Syalia dan melumat-lumatnya. Sementara tangan kiriku ikut menopang berat badanku, tangan kananku meramas-ramas tetek Syalia serta memicit -micit putingnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur zakarku di nonoknya.
"Sssh... sssh... sssh... sedap Pak Long, sedap... Terus... lagi..." desis Syalia.
Sambil kembali melumat bibir Syalia dengan kuatnya, aku mempercepat gerakan zakarku di nonoknya. Kerana adanya cairan mani dan mazi di dalam nonok Syalia, keluar-masuknya zakar pun diiringi oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret..." Syalia tidak henti-hentinya merintih kenikmatan, "Pak Long... ah... "
Kulepaskan tangan kananku dari teteknya. Kedua tanganku kini dari ketiak Syalia menyusup ke bawah dan memeluk punggungnya. Tangan Syalia pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulakan serangan dahsyatku. Keluar-masuknya zakarku ke dalam nonok Syalia sekarang
berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, zakar kuhentak keras-keras agar menusuk nonok Syalia sedalam-dalamnya. Zakarku bagai diramas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding nonok Syalia. Sampai di kawasan paling dalam, mata Syalia membeliak sambil bibirnya
mengeluarkan seruan tertahan, "Ak!"
Sementara itu pangkal pahaku bagaikan menampar pangkal pahanya sampai berbunyi: plak!
Di saat bergerak keluar nonok, zakarku kujaga agar kepalanya tetap tertanam di lubang nonok. Ramasan dinding nonok pada batang zakarku pada gerakan keluar ini lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir nonok yang mengulum batang zakarku pun sedikit ikut tertarik keluar.
Pada gerak keluar ini Syalia mendesah, "Hhh..."
Aku terus menikam nonok Syalia dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tangan Syalia meramas punggungku kuat-kuat di saat zakarku menikam masuk sejauh-jauhnya ke lubang nonoknya.
Permainan diperhebat oleh pekikan-pekikan kecil Syalia: "Ak! Hhh... Ak! Hhh... Ak! Hhh..."
Zakarku terasa urutan luar biasa. "Sya... Sedap Sya... nonokmu sedap... nonokmu hangat sekali... kemutanmu sedap..."
"Pak Long... laju Pak Long...," rintih Syalia, "sedap Pak Long... uh... Ak! Hhh..."
Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru zakarku. Gatal yang sedap sekali. Aku pun menepam zakarku ke nonoknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, zakarku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya.
Rasa gatal dan rasa sedap yang luar biasa di zakar pun semakin menghebat. "Syalia... aku... aku..."
Kerana menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah tergagap-gagap itu.
"Pak Long, Syalia... nak sampai lagi... Ak-ak-ak... aku sam..."
Tiba-tiba zakarku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa mendaki puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding nonok Syalia mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan sedap sekali itu, aku tidak mampu lagi menahan bendungan
dalam alat kelaminku. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala zakarku terasa disiram cairan nonok Syalia, bersamaan dengan pekikan Syalia, "...saampaaaaai...!"
Tubuh Syalia mengejang dengan mata membeliak-beliak.
"Syalia...!" aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Syalia sekuat-kuatnya. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jinjang. Air maniku pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Air maniku bersemburan dengan derasnya, menembak dinding nonok Syalia yang terdalam. zakarku yang terbenam semuanya di dalam nonok Syalia terasa berdenyut-denyut.
Beberapa saat lamanya aku dan Syalia terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Aku menghabiskan sisa-sisa air mani dalam zakarku. Cret! Cret! Cret! zakarku memuntahkan lagi air mani yang masih tersisa ke dalam nonok Syalia. Kali ini lebih lemah.
Perlahan-lahan baik tubuh Syalia maupun tubuhku tidak mengejang lagi. Aku mencium leher mulus Syalia dengan lembutnya, sementara tangan Syalia mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku.
Aku merasa puas, impian menyetubuhi Syalia sudah berhasil. Ada beberapa hari lagi sebelum suaminya pulang.
Comments
Post a Comment